Jogja Post — Bila Anda tinggal di Jogja, barangkali semasa Sekolah Dasar (SD) Anda akan menemui pelajaran bahasa Jawa. Di dalam materi bahasa Jawa itu sendiri ada yang namanya menulis dengan aksara Jawa.
Aksara Jawa adalah huruf Jawa yang dahulu digunakan oleh kerajaan Mataram. Agar tetap lestari, di sekolah-sekolah dari SD sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP) pun masih ada materi menulis dengan aksara Jawa.
Huruf Jawa tersebut antara lain HaNaCaRaKa atau Ha Na Ca Ra Ka. Semuanya ada 20. Bila diteruskan Da Ta Sa Wa La, Pa Da Ja Ya Nya, Ma Ga Ba Tha Nga.
Makna Hanacaraka
Pernahkah Anda berpikir bahwa Hanacaraka mempunyai arti tersendiri? Bila Anda paham dengan kekhasan Jawa, tentunya semua mempunyai arti dan makna tersendiri.
Seperti halnya kata apem berasal dari bahasa Arab ‘Afwun yang berarti maaf. Kolak berasal dari bahasa Arab Kholiq yang artinya Maha Pencipta dan lain sebagainya. Oh iya, Aksara Jawa juga mempunyai pronoun tersendiri lho, terkait hal ini, Anda bisa melihat tulisan Aksara Swara.
Begitu pula dengan Hanacaraka, semua ada artinya. Lebih jelasnya, marilah kita simak arti Hanacaraka yang terdapat di dalam aksara Jawa.
HA
Hana wening suci
Hidup adalah kehendak Yang Maha Suci
Na
Nur candra gaib candra warsitaning Candara
Harapan manusia hanya selalu ke sinar Illahi
Ca
Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi
Satu arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal
Ra
Rasaingsun handulusih
Rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani
Ka
Karsaningsun memayuhayuning bawana
Hasrat diarahkan untuk kesejahteraan alam
***
Itu baris pertama, adapun baris kedua yakni Datasawala pun mempunyai makna tersendiri namun masih berkesinambungan. Berikut ini saya paparkan;
Da Dumadining dzat kang tanpa winangenan – menerima hidup apa adanya
Ta Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa – mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang
hidup
Sa Sifat ingsun handulu sifatullah – membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan
Wa Wujud hana tan kena kinira – ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa
batas
La Lir handaya paseban jati – mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi
Pa Papan kang tanpa kiblat – Hakekat Allah yang ada disegala arah
Dha Dhuwur wekasane endek wiwitane – Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar
Ja Jumbuhing kawula lan Gusti – Selalu berusaha menyatu memahami kehendak-Nya
Ya Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi – yakin atas titah/kodrat Illahi
Nya Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki – memahami kodrat kehidupan
Ma Madep mantep manembah mring Ilahi – yakin/mantap dalam menyembah Ilahi
Ga Guru sejati sing muruki – belajar pada guru nurani
Ba Bayu sejati kang andalani – menyelaraskan diri pada gerak alam
Tha Tukul saka niat – sesuatu harus dimulai dan tumbuh dari niatan
Nga Ngracut busananing manungso – melepaskan egoisme pribadi manusia
Seperti itulah makna yang terkandung di dalam aksara Jawa Hanacaraka. Begitu kayanya budaya Jawa sehingga para sesepuh orang tua kita tak jemu-jemu menasehati agar jangan dihilangkan Jawanya.
Nggeh, di manapun kita berada, sebagai orang Jawa kita seyogyanya menggunakan adat Jawa. Tata krama dan sopan dalam berbudaya hendaknya tetap kita lestarikan kepada anak cucu kita nanti.
JogjaPost Jogja News Today. Presenting a variety of interesting information both local Jogja, national and even international. Follow us on Google News and other social media.