2 Jenis Virus Flu Mungkin Sudah “Punah” Akibat Covid-19 (Gambar: Pixabay/mohammed_hassan)
Sudah satu setengah tahun virus Covid-19 melanda dunia dan membuat sejumlah perubahan dunia. Baru-baru ini peneliti mengungkap menghilangnya 2 jenis virus flu musiman yang selalu ada setiap tahun.
Jenis virus flu yang dimaksud adalah virus flu keturunan 3c3 atau salah satu cabang virus flu H3N2 dan B/Yamagata, seperti yang dikutip dari Live Science (5/6/21). Dua jenis yang diperkirakan sudah punah ini adalah tipe virus influenza yang masing-masing merupakan jenis Influenza A dan Influenza B.
Menurut pantauan dari STAT, dua jenis virus ini sudah tidak terdeteksi lagi sejak bulan Maret 2020. Jika merujuk dari segi waktunya, artinya kedua jenis virus “flu” itu tidak terdeteksi lagi sejak awal pandemi Covid-19.
Kesimpulan ini didapat sesudah tidak adanya laporan yang tercatat di basis data penyakit internasional. Menurut lembaga yang berbasis di Seattle (AS), Fred Hutchinson Cancer Research Center menyatakan hal tersebut kepada sumber berita STAT.
Jenis Virus Flu yang Mungkin Sudah Punah
“Saya pikir hal itu memiliki peluang besar (bahwa) virus itu menghilang. Tapi dunia ini tempat yang besar,” kata Trevor Bedford. Seorang ahli komputasi biologi di Fred Hutchinson Cancer Research Center.
Jika hal tersebut benar, maka hal tersebut merupakan kabar baik bagi ilmuwan di bidang kesehatan. Selama ini mereka melaporkan virus flu dua kali dalam setahun untuk pemilihan jenis vaksin yang digunakan untuk mengobati pasien.
Menurut peneliti di Fred Hutchinson Cancer Research Center, virus influenza seperti H3N2 memiliki banyak varian. Adanya virus yang mungkin “punah” ini tentu akan lebih memudahkan para ahli untuk menangani penyakit flu. Bahkan Richard Webby, direktur Pusat Kolaborasi Studi dan Ekologi Influenza Hewan dan Burung WHO menyatakan bahwa itu “hal yang hebat”.
Namun ia juga mengingatkan mungkin virus ini masih ada di luar sana, sebab belum ada database yang bisa membuktikan hal tersebut. “Tanpa diragukan lagi ini dapat mengubah keragaman virus di luar sana,” kata Richard Webby kepada STAT. “Sejauh mana itu bertahan dan berapa lama itu masih jadi pertanyaan besar. Namun kita belum pernah melihat hal ini sebelumnya.” Tambahnya.
Sumber: Live Science/STAT