JOGJA POST — Aku rindu dengan ramadhan. Saat-saat mentari pagi menyinari jendelaku yang mungil. Sinarnya begitu terlihat cerah dengan celah-celah yang membelah bayang-bayang dedaunan.
Spesial di yaumul ayyam. Bila pagi menyapa, cahaya mentari pagi diiringi angin sepoi sudah akrab kutemui. Kupikir itulah sebaik-baiknya suasana. Suasana yang kurasa seperti di syurga, aromanya, hawanya, suhunya hingga gerak-gerak daun yang kalem.
Namun, 7 hari menjelang ramadhan sebenarnya selalu mendebarkan. Masih ingat ketika ramadhan-ramadhan yang lalu begitu santer orang lalu lalang pergi menghadap Rabb-Nya.
Bagaimana bila itu terjadi padaku?
Padahal kesetiaanku kepada Tuhan belum ada apa-apanya. Cintaku pada-Nya masih biasa-biasa saja. Bahkan, ibadahku hampir semuanya mengharap balasan nikmat dunia ciptaan-Nya.
Bayang-bayang hadirnya sesuatu yang tak terduga selalu menyelimutiku. Aku gelisah sebab ramadhan yang lalu bukanlah ramadhan yang terbaik menurut versiku.
Malas-malasan dalam beramal shaleh, kesabaran yang ada di akhir, keikhlasan yang tak pernah di awal dan semua perbuatan-perbuatan baikku begitu terasa setengah-setengah.
Di 1 hari sebelum ramadhan, rasa mendebarkan menanti ramadhan sangat terasa. Di hati senantiasa berdzikir berjanji untuk melakukan yang terbaik di ramadhan kali ini. Lebih baik dari ramadhan yang lalu.
Namun anehnya, diri ini tak kunjung berdiri ketika adzan mulai memanggil, ketika majelis-majelis ilmu sudah beralun. Ya, berjanji namun hanya sekedar janji tanpa dipenuhi.
Bila ramadhan tinggal sejam lagi akan datang. Rasa-rasanya inginku menjemputnya. Aku ingin memeluknya karena rindu 11 bulan tak bertemu seraya membisikkan; “Aku tak ingin berpisah denganmu, aku ingin selalu bertemu denganmu untuk tahun berikutnya dan berikutnya.”
7 hari menjelang ramadhan, hamba cemas bila tak sampai….
Organic SEO Spesialist
Temukan saya di Channel Youtube Zamhari Official