Kalau di Indonesia punya Dilan 1990 yang disebut sebagai panglima tempur geng motor di Bandung. Maka perkenalkanlah, Panglim Tempur, Kaisar Dinasti Ustmani, dan sang penakluk Konstatinopel, yaitu Sultan Ghazi Muhammad Khan II Al Fatih .
Beliau adalah sultan ke 7 Dinasti Utsmani dan merupakan seorang keturunan keluarga Utsman. Selain gelar Al Fatih, beliau juga menyanding gelar ‘Abi Al Futuh’ dan ‘Abi al Khairat’. Setelah peristiwa penaklukan Konstatinopel, belia juga mendapatkan gelar ‘Qaisar’.
Dalam 30 tahun pemerintahannya, Sultan Al Fatih telah menaklukan beberapa kerajaan di benua Asia dan menyatukan kerajaan – kerajaan Anatolia, termasuka juga menyerang wilayah Eropa dan Belgrade.
Lahir pada 27 Rajab 835 H atau 30 Maret 1942 M, Sultan Al Fatih tumbuh dibawa bimbingan ayahnya sendiri, Sultan Daulah Utsmani ke 6. Di bawah bimbingan Sultan Murad II, Sultan Al Fatih di didik dan di bimbing agar kelak mampu menjadi seorang pembimbing dan bisa mengamban tanggung jawab.
Sebagai pewaris tahta, Sultan Al Fatih menerima banyak disiplin ilmu, mulai dari menghafal qur’an dan hadits. Kemudian mempelajari ilmu astronomi, fikih, matematika, dan tehnik perang. Sultan Al Fatih juga mempelajari beberapa bahasa seperti Arab, Latin, Yunani dan Persia.
Diusianya yang masih belia Sultan Al Fatih ditugaskan ayahnya untuk mengelola perihal kenegaraan dan pengelolaan wilayah Magnesia. Disana, Sultan Al Fatih mendapatkan bimbingan dari kumpulan pembesar ulama seperti Syaikh Aq Syamsudin, dan Al Mula Al Kaurani.
Selain membimbing Sultan Al Fatih dalam mengelola wilayah Magnesia, para pembesar ulama tersebut juga berperan penting dalam pembentukan kepribadian Sultan Al Fatih kecil. Mengarahkan kemampuan intelektual dan kulturalnya dengan pondasi agama islam yang kokoh.
Dalam hal ini, Syeikh Aq Syamsudin berperan dalam mendoktrin Sultan Al Fatih mengenai dua hal. Pertama, bahwa Sultan Al Fatih harus memperbanyak jihad untuk Dinasti Utsmani. Kedua, bahwa beliau adalah ‘siapa’ yang disebutkan dalam hadits Nabi tentang seseorang yang kelak akan menaklukan konstatinopel dan kepemimpinannya adalah yang terbaik.
Karena hal tersebutlah akhirnya Sultan Al Fatih sudah sejak kecil berharap bahwa ialah orang yang dimaksudkan dalam Hadits Nabi tersebut. Seseorang yang akan menaklukan Konstatinopel dan menjadi pemimpin terbaik Daulah Utsmani.
Setelah menduduki jabatan ayahnya sebagai Sultan Daulah Utsmani pada 5 Muharram 855 M. Sultan Al Fatih mulai menyusun siasat militer dan mempersiapkan peralatan untuk mewujudkan impiannya, yaitu menaklukan Konstantinopel.
Salah satu startegi Sultan Al Fatih adalah dengan memperbarui perjanjian gencatan senjata dengan negara-negara tetangga Byzantium, dengan ini beliau bertujuan untuk mengisolasi Byzantium. Selanjutnya, beliau mengirim 250.000 pasukan mengepung Byzantium melalui wilayah darat lalu mengepung wilayah tersebut selama 53 hari.
Selama masa pengepungan tersebut, Sultan Al Fatih membangun berbagai sarana militer, seperti alat untuk menembakkan bola api yang dahsyat dan jalan aspal yang dilapisi minyak untuk lewat perahu. Hebatnya, semua persiapan tersebut jauh dari intaian musuh.
Tepat pada tanggal 20 Jumadil Ula 857 H, ketika semua persiapan sudah matang, Sultan beserta 265.000 pasukannya menyerang benteng-benteng Konstatinopel. Momen bersejarah ini sangat langka karena penyerbuan Konstatinopel berhasil hanya dengan satu kali operasi militer.
Dari keberhasilannya merebut Konstatinopel inilah Sultan kemudian mendapat gelar Al Fatih, dan tidak seorangpun mengenalnya tanpa gelar tersebut. Beliau juga mengakhiri penyerbuan dengan melakukan sujud syukur dan perintah untuk membangun masjid di komple gereja Aya Sofia.
Demikianlah kisah menakjubkan dari seorang Muhammad Al Fatih sang penakluk Konstatinopel. Semoga kita bisa mengambil pelajaran berharga dari kisah ini dna memberi manfaat untuk diri kita.
JogjaPost Jogja News Today. Presenting a variety of interesting information both local Jogja, national and even international. Follow us on Google News and other social media.