Sumpah Pocong Saka Tatal, Wujud Keputusasaan Masyarakat Terhadap Kerja Polisi!

by -158 Views

Kasus pembunuhan Vina di Cirebon yang menyeret nama Saka Tatal kembali menjadi perbincangan hangat publik. Kali ini, bukan karena putusan pengadilan atau bukti-bukti baru yang muncul, melainkan karena aksi nekat Saka Tatal yang menjalani ritual sumpah pocong. Tindakan ini tak hanya memicu pro dan kontra di kalangan masyarakat, tetapi juga mengundang pertanyaan besar mengenai kepercayaan, hukum, dan agama.

Praktik Sumpah Pocong Saka Tatal
Praktik Sumpah Pocong Saka Tatal (Sumber Foto: Instagram Cireboninfo)

Mengapa Saka Tatal Nekat Lakukan Ritual Sumpah Pocong?

Saka Tatal, yang sebelumnya telah divonis bersalah atas kasus pembunuhan Vina, tampak begitu yakin dengan ketidakbersalahannya. Desakan untuk membuktikan kebenaran ini yang kemudian mendorongnya melakukan ritual sumpah pocong. Melalui ritual mistis ini, ia berharap dapat meyakinkan publik dan penegak hukum bahwa dirinya adalah korban fitnah.

  • Namun, apa yang sebenarnya mendorong seorang individu untuk mengambil langkah ekstrem seperti ini? Beberapa faktor mungkin menjadi penyebabnya, antara lain:
  • Ketidakpuasan terhadap putusan pengadilan: Saka Tatal mungkin merasa bahwa dirinya tidak mendapatkan keadilan dalam proses hukum.
  • Tekanan sosial: Tekanan dari keluarga, teman, atau masyarakat sekitar mungkin mendorongnya untuk membuktikan kebenaran.
  • Kepercayaan terhadap kekuatan mistis: Saka Tatal mungkin memiliki keyakinan yang kuat terhadap kekuatan mistis dan berharap sumpah pocong dapat membantunya.

Pro dan Kontra Terkait Sumpah Pocong Saka Tatal Dalam Kasus Vina Cirebon

Aksi nekat Saka Tatal ini memicu perdebatan sengit di berbagai platform media sosial. Netizen terbelah menjadi dua kubu. Ada yang mendukung dan ada pula yang menentang. Mereka yang mendukung Saka Tatal berpendapat bahwa ia memiliki hak untuk membuktikan kebenaran dan bahwa sumpah pocong adalah cara terakhir yang dapat dilakukan.

Meski begitu, sebagian besar netizen menentang tindakan Saka Tatal. Mereka menganggap sumpah pocong tidak memiliki dasar hukum dan lebih kepada tindakan yang didorong oleh keputusasaan.

Sumpah Pocong Tidak Ada Dalam Ajaran Islam

Praktik sumpah pocong memang telah lama ada dalam budaya Indonesia. Namun, dari sudut pandang agama Islam, ritual ini tidak memiliki dasar yang kuat. Dalam Al-Qur’an dan hadis, tidak ada ajaran yang membenarkan praktik seperti ini. Sumpah pocong lebih dianggap sebagai tradisi lokal yang berkembang di masyarakat.

Sayangnya, praktik sumpah pocong sering kali dilakukan di tempat-tempat ibadah seperti masjid. Hal ini tentu saja bertentangan dengan nilai-nilai keagamaan. Masjid seharusnya menjadi tempat untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan tempat untuk melakukan ritual-ritual yang tidak jelas asal-usulnya. Dalam kasus Saka Tatal ini, ritual sumpah bocong di lakukan di Padepokan Agung Amparan Jati Cirebon  asuhan Raden Gilap Sugiono.

Mubahalah, Alternatif Cara yang Harusnya Diambil Saka Tatal dan Iptu Rudiana

Sebagai umat Islam, kita memiliki cara yang lebih baik untuk menyelesaikan perselisihan, yaitu dengan melakukan mubahalah. Mubahalah adalah suatu permohonan kepada Allah agar menurunkan azab kepada pihak yang berdusta. Dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 61, Allah SWT menjelaskan tentang mubahalah.

Mubahalah merupakan cara yang lebih bermartabat dan sesuai dengan ajaran Islam dibandingkan dengan sumpah pocong. Dalam mubahalah, kedua belah pihak menyerahkan perkara kepada Allah dan siap menerima konsekuensi dari pilihan mereka.

Unsur Mistik Sumpah Pocong dan Pengaruh Budaya Populer

Kepercayaan terhadap kekuatan mistis yang melekat pada sumpah pocong telah tertanam kuat dalam masyarakat. Banyak orang percaya bahwa jika seseorang yang bersumpah pocong ternyata berbohong, maka ia akan mendapatkan kutukan atau azab. Kepercayaan ini semakin diperkuat oleh berbagai cerita rakyat dan film horor yang mengangkat tema sumpah pocong.

Pengaruh budaya populer seperti film dan sinetron juga turut memperkuat mitos-mitos yang berkaitan dengan sumpah pocong. Tayangan-tayangan tersebut seringkali menggambarkan sumpah pocong sebagai ritual yang sangat sakral dan memiliki kekuatan magis yang dahsyat.

Sumpah Pocong Sebagai Wujud Keputusasaan Masyarakat Terhadap Kerja Polisi

Kasus sumpah pocong yang dilakukan oleh Saka Tatal menjadi cerminan dari kompleksitas masalah sosial yang kita hadapi. Di satu sisi, kita melihat adanya keinginan yang kuat untuk mendapatkan keadilan. Namun di sisi lain, masyarakat sudah putus asa menaruh rasa percaya kepada pihak Kepolisian untuk menegakkan keadilan. Tidak heran, beberapa netizen lari pada kepercayaan terhadap hal-hal yang bersifat mistis untuk mendapatkan solusi dari permasalahan yang meraka hadapi.

Sebagai umat Islam, kita perlu kembali pada ajaran agama yang benar dan meninggalkan segala bentuk praktik yang tidak memiliki dasar yang jelas. Mubahalah merupakan contoh yang baik tentang bagaimana kita seharusnya menyelesaikan perselisihan dengan cara yang adil dan sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Pesan Moral yang Bisa Diambil dari Fenomena Sumpah Pocong Saka Tatal

Dari kasus ini, kita dapat mengambil beberapa pelajaran penting, antara lain:

Pentingnya mencari keadilan melalui jalur hukum: Jika merasa dirugikan, sebaiknya tempuh jalur hukum yang benar. Meski kadang, hukum baru bisa berjalan dengan benar kalau kasusnya sudah viral. seperti yang terjadi pada kasus vina cirebon ini.

Jangan mudah percaya pada hal-hal yang bersifat mistis: Kita harus berpikir kritis dan tidak mudah terpengaruh oleh mitos atau cerita yang tidak jelas kebenarannya.

Kembali pada ajaran agama: Agama Islam telah memberikan kita panduan yang lengkap untuk menjalani hidup. Kita harus selalu berpegang teguh pada ajaran agama dalam menghadapi segala permasalahan.

Mari kita bersama-sama membangun masyarakat yang lebih baik, masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran, keadilan, dan kemanusiaan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *