Bahasa Jawa Terima kasih – Sudah menjadi suatu kebanggan bagi kita semua yang masih terpanggil dan mau melestarikan kebudaan leluhur khususnya bahasa Jawa. Dalam kebiasaan harian, ucapan terima kasih sudah jadi kebiasaan yang sangat mulia, ditanamkan oleh orangtua kepada anak-anaknya sejak mereka kecil, baik ketika percakapan sehari-hari sebagai kata-kata tresno Bahasa Jawa sampai di dalam pidato Bahasa Jawa.
Hal itu akhirnya terus berlanjut sampai sang anak dewasa dan mengerti apa itu kalimat sopan santun alias “ndue unggah ungguh, toto kromo” yang artinya punya sopan santun, tata krama.
Sudahkah mendengar kalimat “Matur Sembah Nuwun” ditulis dalam bahasa Jawa seperti ini? Kalimat ini merupakan salah satu kalimat pernyataan yang menyatakan rasa terimakasih dalam bahasa Jawa. Ungkapan “Matur sembah nuwun” yang berarti terima kasih sering dipakai masyarakat Jawa dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya, setelah kita meminjam sesuatu, meminta bantuan atau menerima kembalian usai berbelanja, kalimat inilah yang akan diucapkan.
Bahasa Jawa Terima kasih; Matur Suwun apa Matur Nuwun?
Apa bedanya “matur suwun” dengan hanya “matur nuwun” saja? Bahkan ada yang menyebut “ngaturaken sembah nuwun” atau “matur sembah nuwun”, padahal semuanya bermaksud sama yaitu terima kasih. Terus terang, sepertinya tidak ada yang harus dipermasalahkan antara kalimat-kalimat terima kasih dalam bahasa Jawa tersebut. Mungkin penjelasan di bawah ini bisa membantu.
1. Kita mungkin sering mendengar ucapan “matur nuwun” tapi tak jarang ada yang mengucapkan “matur suwun”. Tetapi dalam bahasa Jawa, ucapan yang dibenarkan adalah “Matur Nuwum”.
2. “Matur nuwun” bisa dipakai untuk seseorang yang bermaksud mengucapkan terima kasih kepada orang lain. Bentuk tuturannya biasa dan sederhana.
3. Sedangkan jika orang yang akan diucapkan terima kasih itu memiliki kedudukan, atau sangat dihormati maka bisa gunakan kalimat “ngaturaken sembah nuwum”, bermakna lebih halus.
4. Jika yang kita gauli adalah kerabat, teman atau orang yang sudah kita kenal sebelumnya, maka bisa juga mengatakan “matur suwun” atau “suwun” saja diperbolehkan.
Perlu diperhatikan perbedaan antara kata “Nuwun” dalam kalimat “matur nuwun” yang jika dirangkai adalah terima kasih. Tetapi jika hanya menggunakan kata “nuwun” artinya “permisi”, dipakai pada saat hendak pamit atau pergi. Ada kata lebih sederhana lagi yang tidak formal yakni “suwun”.
Bagaimana dengan Matur Suwun dan Matur Kesuwun?
Ada sumber yang menyebut bahwa kalimat “matur suwun” atau “matur kesuwun” itu bukanlah bentuk ucapan terimakasih dan maknanya bukan terima kasih. Menurut garis besar etimologi bahasa, “matur suwun” bisa berarti lafat/ucapan di mana seseorang melafatkan ucapan permintaan sesuatu yang telah ia terima.
Contoh kasus adalah pada perkara jual beli, terkadang kita mendapatkan kembalian atau takaran yang tidak sesuai dan kita mengiklaskannya. Di akhir transaksi, baik pedagang atau pembeli bisa mengucapkan “matur suwun” dan dilanjutkan dengan “matur nuwun”.
Seberapa Pentingkah Tutur Kata Bahasa Jawa Terima kasih?
Jika kita kembali ke masa lampau, tutur bahasa Jawa begitu mengutamakan siapa dan di mana dia berbicara. Namun di masa sekarang, ditambah dengan banyaknya penduduk yang merantau dan berpidah tempat tinggal, membuat aturan berbahasa sedikit kurang dipahami. Jika kalimat “matur nuwun”, “ngaturaken sembah nuwun” atau “suwun” digunakan pada waktu yang sama mungkin saja tidak akan dipermasalahkan.
Perhatikan saja budaya tutur kata penduduk pulau Jawa (meskipun sama-sama menggunakan bahasa Jawa), tentu sudah memiliki diaelek dan kosakata berbeda. Contoh, suku Jawa yang ada di wilayah Surabaya tentu memiliki dialek atau kosakata bahasa Jawa yang berbeda dengan bahasa yang sering dipergunakan oleh masyarakat Pati, Solo atau Yogyakarta. Bisa juga karena sudah adanya percampuran budaya, adat dan kebiasaan.
Contoh Kalimat Percakapan Bahasa jawa dengan memakai kata Terima kasih:
Contoh kalimat percakapan dalam bahasa Jawa ini mengandung unsur kosakata yang memiliki maksut berterima kasih. Cara menyebutkan ungkapan terimakasi bahasa Jawa dalam beberapa situasi.
1. Memakai kosakatan terima kasih saat bertemu dengan teman bermain “suwun”
Andi: “Na, piro regane klambi ijo sing mbok tuku dek wingi?”
Nana: “Klambi sing ono warna abange kwi to?”
Andi: “Io. Aku kepingin ndue klambi kyo sing mbok tuku kwi”
Nana: “Oh…, regane sewidak limo”
Andi: “Neng endi nek mu tuku?”
Nana: “Neng pasar Klewer Solo”
Andi: “Oalah. Io Na kapan-kapan aku tak mampir neng pasar tuku klambi di nge dolan. Suwun infone na”
Nana: “Io Ndi”
Artinya:
Andi: “Na, berapa harganya baju berwarna hijau yang kamu beli kemaren?”
Nana: “Baju yang ada warna merahnya itu kan?”
Andi: “Ia. Aku ingin punya baju yang seperti kamu beli itu”
Nana: “Oh…, harganya enam puluh lima ribu rupiah”
Andi: “Dimana kamu membelinya?”
Nana: “Di pasar Klewer Solo”
Andi: “Oalah. Io Na kapan-kapan aku mampir ke pasar beli baju buat bermain. Terimakasih infonya Na”
Nana: “Baik Ndi”
2. Memakai kosakatan terima kasih saat bertemu dengan tetangga baru “matur nuwun”
Yudi: “Sugeng enjing ”
Pak Budi: “Sugeng enjing?”
Yudi: “Nyuwun sewu Pak Budi, kawula badhe tangklet. Griyane Bayu napa leres nomor sekawan? ”
Pak Budi: “Io Mas, omah e rodok etan. Sebelahe bank BRI. La omah mu sing sebelah endi?”
Yudi: “Griyo kulo celak mriki. Etaneipun pos kampling. Kawulo putranipun Bapak Asmo”
Pak Budi: “Oalah, pak Asmo to”
Yudi: “Inggih pak. Matur nuwun”
Artinya:
Yudi: “Selamat pagi ”
Pak Budi: “Selamat pagi?”
Yudi: “Mohon maaf Pak Budi, saya mau bertanya. Rumahnya Bayu apa bener nomor empat? ”
Pak Budi: “Iya Mas, rumahnya agak ke timur. Sebelahnya bank BRI. La rumahmu di sebelah mana?”
Yudi: “Rumah saya dekat sini. Timurnya pos kampling. Saya anaknya Bapak Asmo”
Pak Budi: “Oh, pak Asmo ya”
Yudi: “Iya pak. Terima kasih”
3. Memakai kosakatan terima kasih saat bertemu dengan calon mertua “matur sembah nuwun”
Bayu: “Sugeng ndalu”
Calon mertua: “Sugeng ndalu”
Bayu: “Nyuwun sewu dalem Adi”
Calon mertua: “oo, iki to bocahe?”
Bayu: “Injih pak. Nuwun duka nembe sak menika saget sowan?”
Calon mertua: “Yo ora popo. Dipenakne wae yo”
Bayu: “matur sembah nuwun, pak”
Artinya:
Bayu: “Selamat malam”
Calon mertua: “Selamat malam”
Bayu: “Permisi saya Adi”
Calon mertua: “oh, ini ya yang namanya Andi?”
Bayu: “Iya pak. Mohon maaf hari ini bisa berkunjung?”
Calon mertua: “Iya tidak apa-apa. Santai saja”
Bayu: “Terimakasih banyak, pak”
Setelah diperhatikan, di akhir ke-tiga percakapan diatas masing-masing menyebutkan kata terima kasih. Untuk dialog pertama menggunakan kata “suwun” sebab objeknya adalah sesama teman sehingga menggunakan bahasa yang lebih santai dan tidak formal.
Pada percakapan ke dua, antara Yudi dengan tetangga yang baru dikenalnya. Yudi menggunakan kata “matur nuwun” sebab ia menggunakan komunikasi secara sopan kepada yang lebih tua yaitu Pak Budi.
Sementara itu pada percakapan ke tiga, juga menggunakan komunikasi dengan bahasa krama sebab lawan bicara Bayu adalah orang yang dia hormati atau kedudukan lebih tinggi sehingga ia memakai kata “matur sembah nuwun”.
Itulah beberapa hal tentang bahasa Jawa Terima Kasih yang bisa dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
JogjaPost Jogja News Today. Presenting a variety of interesting information both local Jogja, national and even international. Follow us on Google News and other social media.
Di Cirebon ucapannya matur kesuwun lho mas. Jd gmn?