Sejarah Pengembangan Kapal Kelas Sverlov(KRI Irian)
Setelah Perang Dunia Kedua, Joseph Stalin, pemimpin Uni Soviet saat itu, melakukan perombakan besar-besaran pada angkatan laut Soviet. Salah satu hasil dari perombakan tersebut adalah kapal penjelajah kelas Sverdlov(cikal bakal KRI Irian), yang dibangun berdasarkan desain kapal kelas Chapayev.
Kapal ini dirancang untuk menjadi tulang punggung armada Soviet, dengan tujuan memperkuat posisi Uni Soviet di lautan dan menyaingi kekuatan angkatan laut Barat, khususnya Amerika Serikat dan Inggris.
Spesifikasi Kapal
Kapal penjelajah kelas Sverdlov memiliki spesifikasi yang mengesankan untuk masanya.
Dengan panjang 210 meter, lebar 22 meter, dan bobot penuh mencapai 16.640 ton, kapal ini dilengkapi dengan persenjataan berat seperti meriam utama kaliber 152 mm, senjata anti-pesawat, dan peluncur torpedo.
Kapal ini juga memiliki lapisan baja tebal untuk melindungi awak kapal dan sistem senjata dari serangan musuh.
Akuisisi KRI Irian Oleh Indonesia
Salah satu kapal penjelajah kelas Sverdlov, yang dikenal sebagai “KRI Irian” setelah diakuisisi oleh Indonesia, memiliki peran penting dalam sejarah militer Indonesia.
Kapal ini dibeli pada tahun 1962, di tengah periode ketegangan antara Indonesia dan Belanda terkait sengketa wilayah Irian Barat.
Presiden Soekarno, yang pada waktu itu menjalin hubungan erat dengan Uni Soviet, memutuskan untuk memperkuat armada laut Indonesia dengan membeli KRI Irian untuk mendukung operasi militer di wilayah tersebut.
Kehadiran KRI Irian Di Indonesia
KRI Irian menjadi kapal perang terbesar dan terkuat yang pernah dimiliki oleh Indonesia, serta kapal terbesar di Asia Tenggara pada masa itu.
Kehadiran kapal ini memberikan dampak psikologis yang signifikan terhadap Belanda, yang akhirnya mengurangi kehadirannya di perairan Irian Barat.
Meskipun KRI Irian tidak pernah terlibat dalam pertempuran langsung, ancaman keberadaannya cukup untuk menekan Belanda secara diplomatis.
Nasib Kapal Setelah Lengsernya Soekarno
Namun, nasib KRI Irian berubah drastis setelah peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965, yang mengakibatkan perubahan besar dalam politik Indonesia.
Presiden Soeharto, yang menggantikan Soekarno, lebih memilih aliansi dengan blok Barat dan mengabaikan alutsista yang berasal dari Uni Soviet.
Akibatnya, perawatan KRI Irian diabaikan, dan kapal tersebut mengalami kerusakan yang semakin parah.
Pada akhirnya, kapal ini dijual ke Taiwan pada tahun 1972 untuk dilebur menjadi besi tua.
Kapal Kelas Sverlov Di Russia
Produksi kapal penjelajah kelas Sverdlov dihentikan karena dianggap sudah ketinggalan zaman dengan berkembangnya teknologi rudal.
Dari 14 kapal yang diproduksi, hanya satu yang masih ada, yaitu “Mikhail Kutuzov,” yang kini dipajang di Museum Kapal Laut di Novorossiysk, Rusia.
Kesimpulan
KRI Irian, meskipun akhirnya berakhir sebagai besi tua, tetap menjadi simbol penting dari ambisi maritim Indonesia pada masa awal kemerdekaan.
Sejarah KRI Irian mencerminkan era ketika Indonesia berusaha memperkuat posisinya di kancah internasional melalui kekuatan militer, dan mengingatkan kita akan pentingnya menjaga dan merawat aset-aset pertahanan nasional untuk masa depan.
Baca Juga: Pertempuran Surabaya 10 November 1945 Hari Pahlawan
JogjaPost Jogja News Today. Presenting a variety of interesting information both local Jogja, national and even international. Follow us on Google News and other social media.