Belajar Aksara Jawa dan Pasangannya, Sejarah, Contoh dan Cara Menulis

by -10752 Views
 Huruf Jawa atau biasa disebut Aksara Jawa

Jogja Post  — Aksara Jawa Hanacaraka merupakan salah satu materi di pelajaran Bahasa Jawa. Biasanya ada dan dijumpai saat berada di Sekolah Dasar (SD)  maupun Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Aksara Jawa juga  sering disebut sebagai aksara Hanacaraka. Penyebutan tersebut sebenarnya berasal dari 5 huruf Jawa pertama yakni ha na ca ra ka. Adapun terkait keseluruhan jumlah aksara Jawa terdapat 20 antara lain:

Ha na ca ra ka

Da ta sa wa la

Pa da ja ya nya

Ma gab a tha nga

Sejarah Munculnya Aksara Jawa

Ajisaka Sejarah Aksara Jawa
Ajisaka Sejarah Aksara Jawa

Di Jawa sendiri, munculnya sesuatu biasanya lekat dengan sejarah atau asal-usul. Di kesempatan yang berbahagia ini, saya ingin mengulang materi di zaman SD dahulu dengan menceritakan kembali sejarah mulanya aksara Jawa.Konon, di sebuah kerajaan bernama Medhangkamulan hiduplah seorang raja yang begitu bengis, congkak dan hobinya memakan daging manusia. Ia bernama Dewata Cengkar, atau biasa disebut sebagai Prabu Dewata Cengkar.

Sebagai seorang pemimpin, Prabu Dewata  Cengkar mempunyai kuasa dalam memimpin kerajaannya. Hal itulah yang menyebabkan ia bebas menentukan peraturan salah satunya rakyat disuruh untuk menyetor sebuah  upeti berwujud manusia.

Kabar kebengisan Prabu Dewata Cengkar pun merebak hingga ke penjuru negeri, termasuk kepada Aji Saka. Aji Saka adalah seorang sakti mandraguna yang mempunyai 2 abdi yang sangat setia, yakni Dora dan Sembada.

Aji Saka pun mengambil keputusan untuk mengajak Dora untuk menemaninya  berangkat ke Kerajaan Medhangkamulan, sedangkan Sembada menjaga keris Aji Saka.

Sebelum pergi berangkat ke Medhangkamulan, Aji Saka berpesan kepada abdi setianya Sembada agar menjaga pusaka dan jangan sampai pusaka tersebut diberikan kepada orang lain selain Aji Saka.

Berangkatlah Aji Saka bersama abdinya Dora. Sesampai di Medhangkamulan, suasana sangat sepi. Ternyata, sebagian besar rakyat  takut untuk keluar rumah lantaran kebengisan Prabu Dewata Cengkar.

Sesampai di kerajaan, Aji Saka pun menemui Patih kerajaan Medhangkamulan. Selanjutnya, Aji Saka mengatakan bahwa dirinya siap dijadikan upeti perwakilan dari rakyat untuk Prabu Dewata Cengkar.

Aji Saka pun kini berhadapan langsung dengan Prabu Dewata Cengkar. Namun sebelum Aji Saka menjadi santapan Prabu Dewata Cengkar, Aji Saka pun memberikan sebuah permintaan.

Aji Saka dengan tenang meminta kepada sang raja agar memberikan tanah seluas surban di kepalanya. Mendengar permintaan Aji Saka tersebut, Prabu Aji Saka kemudian tertawa terbahak-bahak dan tanpa basa-basi langsung menyetujui permintaan Aji Saka.

Dengan segera, dibukalah surban milik Aji Saka. Aji Saka memegang satu ujung surban sedangkan  ujung yang lain dipegang Prabu Dewata  Cengkar.

Ajaibnya, kain yang dipegang Prabu Dewata Cengkar tersebut makin lama semakin mengembang. Alhasil, Prabu Dewata Cengkar pun mundur dan mundur hingga akhirnya sampai di tepi Pantai Selatan.

Prabu Dewata Cengkar pun menjadi panik, seketika itu, Aji Saka pun mengibaskan surbannya sehingga tubuh Dewata Cengkar terbungkus oleh kain surbannya. Tak lama kemudian, Aji Saka pun menendang tubuh Dewata Cengkar  hingga tercebur di Pantai Selatan.

Tiba-tiba saja tubuh Dewata Cengkar berubah menjadi seekor buaya putih.

“Sebab engkau gemar memakan daging manusia, maka engkau pantasnya menjadi buaya. Dan tempat tepat untuk seekor buaya adalah laut”, Ungkap Aji Saka.

Sejak Prabu Dewata Cengkar berubah menjadi buaya, sejak itulah Kerajaan Medhangkamulan dipimpin oleh Aji Saka, seorang raja yang arif bijaksana.

Seketika itu, Aji Saka pun teringat sebuah pusaka yang dahulu dititipkannya oleh Sembada sebelum berangkat ke kerajaan Medhangkamulan. Diutuslah Dora untuk mengambilnya.

Dora pun bergegas untuk menemui Sembada. Namun Sembada tidak ingin memberikan pusaka tersebut lantaran ia teringat pesan Aji Saka agar jangan menyerahkan pusaka yang diamanahkannya ke orang lain.

Oleh karena kesalahpahaman tersebut, terjadilah pertarungan antara Dora dengan Sembada. Keduanya adalah abdi setia dan mempunyai kesaktian yang sama tingkatnya. Karena kekuatan yang sama, akhirnya Dora dan Sembada pun meninggal bersamaan.

Sekelebat, Aji Sakapun teringat bahwa dirinya pernah berpesan kepada Sembada agar jangan menyerahkan pusakanya selain dirinya. Ia pun bergegas menyusul Dora menuju tempat Sembada.

Namun ternyata Aji Saka terlambat. Kedua abdinya sudah ditemukan meninggal. Aji Saka pun memberikan penghargaan kepada kedua abdinya tersebut melalui sebuah aksara untuk mengenang dan mengabadikan kedua abdinya tersebut.

Maka lahirlah Aksara Jawa

Hanacaraka: ono utusan (ada utusan)

Datasawala: padha kekerengan (saling berkelahi)

Padajayanya: padha digdayane (sama-sama saktinya)

Magabathanga: padha nyunggi bathange (saling berpangku saat meninggal)

Aksara Jawa dan Pasangan Aksara Jawa

Aksara Jawa dan Pasangan
Aksara Jawa dan Pasangan

Aksara jawa adalah huruf Jawa yang terdiri dari suku kata. Maka dari itu, untuk bisa menghasilkan kata akhiran yang diinginkan (dimatikan), di dalam aksara Jawa memerlukan pasangan aksara Jawa.

Misal Anda ingin menulis “cetha”, maka Anda harus mematikan huruf tha dalam aksara Jawa. Nah, cara mematikannya bisa menggunakan pasangan aksara ca.

Jadi, cara mematikan huruf aksara Jawa agar bisa menghasilkan bunyi bukanlah huruf terakhir, namun huruf di depannya.

Lebih lengkapnya, mari kita simak apa saja pasangan aksara Jawa beserta contoh-contohnya. Selanjutnya, Anda bisa belajar sendiri agar Anda terbiasa dan hafal:

Contoh Pasangan Aksara Jawa

Pasangan Aksara Jawa
Pasangan Aksara Jawa

Aksara Swara

Aksara Swara Tulisan Jawa
Aksara Swara Tulisan Jawa

Aksara Swara adalah sandangan aksara Jawa. Artinya, aksara tersebut dapat menghasilkan bunyi a-i-u-e-o. Aksara swara umumnya juga sering disebut aksara vokal.

Aksara Murda

Aksara Murda
http://drinkin-tea.blogspot.co.id

Aksara murda adalah aksara yang digunakan untuk menuliskan nama-nama tertentu atau spesial. Misalnya Anda ingin menuliskan nama tempat, nama gelar, pangkat dan lain sebagainya maka Anda sebaiknya menggunakan Aksara Murda.

Penggunaan aksara murda penting karena berkaitan dengan teknis penulisan. Jika Anda menulis Jakarta, Anda membutuhkan huruf kapital di huruf ‘J’ nya. Nah, fungsi itulah yang dimaksud aksara murda.

Agar lebih mudah, mari kita simak apa saja aksara murda dan bagaimana contohnya bila diterapkan di dalam kepenulisan aksara Jawa.

Contoh Aksara Murda

Sebagai catatan, bila di dalam kalimat terdapat banyak aksara murda, ada dua pilihan yang bisa Anda tuliskan. Pertama, Anda bisa menuliskan huruf kapital di depannya saja, bisa juga semuanya. Semuanya tergantung pilihan Anda.

Aksara Rekan

Aksara Rekan di Aksara Jawa
wikimedia.org

Perlu diakui bahwa aksara Jawa masih memerlukan aksara-aksara pendukung lainnya untuk mewujudkan sebuah bunyi yang pas. Dalam artian, aksara Jawa memang terbatas dan memerlukan pendamping; dalam hal ini kita akan membahas aksara rekan.

Adapun perkembangan dari aksara Jawa ini banyak dipengaruhi oleh bahasa Arab. Dengan demikian, fungsi aksara rekan itu sendiri digunakan untuk menuliskan kata-kata asing namun tetap mempertahankan keaslian aksara Jawa.

Aksara Wilangan

Aksara wilangan adalah aksara yang menunjukkan angka. Sepertinya dalam hal ini Anda sudah jelas. Berikut ini aksara wilangan 1-0.

Aksara Angka Aksara Wilangan dan Javanese Number di Aksara Jawa
Aksara Angka Aksara Wilangan dan Javanese Number di Aksara Jawa

Tanda Baca Aksara Jawa

Tada Baca Aksara Jawa utawi Pratandha Aksara Jawa Huruf Jawa
Tada Baca Aksara Jawa utawi Pratandha Aksara Jawa Huruf Jawa

Agar tulisan Aksara Jawa juga berirama, ada juga tanda baca yang perlu diperhatikan, misalnya tertait titik, koma dan lain sebagainya. Nah, di atas adalah tanda baca bila ditulis menggunakan aksara Jawa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *