JOGJA POST – Belajar bahasa Jawa penting untuk kita pahami terlebih Bahasa Jawa merupakan bahasa yang dimiliki oleh penutur terbanyak di Indonesia. Penduduk Jawa di wilayah nusantara juga tergolong paling banyak dan menyebar di sebagian besar pulau di tanah air ini. Bahasa Jawa sangat umum dipakai oleh suku jawa meliputi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Bukan hanya itu saja, di wilayah pesisir seperti Cirebon, Subang, Karawang sampai Banten bahasa jawa juga dipakai. Diluar negeri, bahasa Jawa justru menjadi bahasa khas penduduk Suriname yang dahulu dijadikan kawasan tempat transmigrasinya orang-orang Jawa di Amerika. Melihat bahasa Jawa bisa berkembang di negeri orang, membuat kita semakin bangga bukan?
Belajar Bahasa Jawa sangat penting untuk kita mengenal kosakata bahasa. Selain penutur, keunikan bahasa Jawa adalah memiliki dialek atau logat yang berbeda. Dan bahasa ini memiliki tingkat strata yang berbeda mulai dari tingkat bahasa kasar sampai yang paling halus. Yaitu bahasa Jawa Ngoko atau Kasar, Madya dan bahasa Jawa Alus atau Krama Inggil.
Bahasa Jawa halus kebanyakan dipakai oleh masyarakat yang berada di sekitar Jawa Tengah seperti Solo dan Yogyakarta. Sementara bahasa Jawa kasar paling banyak dipakai di wilayah perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Untuk wilayah Jawa Timur, bahasa yang dipakai cenderung sama dengan bahasa Jawa di wilayah Jawa Tengah namun lebih tegas dan lantang dalam penggunaannya.
Berbicara tentang belajar bahasa Jawa, kali ini pembahasan seputar Belajar Bahasa Jawa Kasar. Bahasa Jawa kasar atau ngoko dipakai oleh seseorang yang seusianya sebaya atau orang yang sudah kita kenal. Berbeda dengan penggunaan bahasa Jawa Krama, bahasa Jawa Kasar cenderung lebih santai meskipun tidak terdengar halus.
Tingkatan Tutur Bahasa Jawa Ngoko/Kasar
Tingkatan tutur bahasa Jawa ngoko/kasar adalah bahasa yang memiliki leksikon ngoko. Cirinya terdapat afik di-, -e dan –ake. Tingkatan bahasa Jawa kasar ini memiliki 2 varian berupa ngoko/kasar lugu dan ngoko/kasar alus. Berikut penjabaran lebih detailnya;
1. Ngoko/Kasar Lugu
Bahasa Jawa Ngoko Lugu memiliki bentuk unggahan yang semua kosakatanya berbentuk ngoko dan netral. Tidak ada selipan leksikon karma baik inggril atau andhap. Pemakaiannya juga untuk orang pertama, kedua, dan ketiga. Berikut contoh penggunakan bahasa Jawa Kasar Lugu secara sederhana;
“Kowe tuku kopi ning pasar”, artinya “Kamu membeli kopi di pasar”
Bentuk persona bisa dirubah untuk orang kedua (kowe, artinya kamu) dan persona ketiga (dheweke, artinya dia)
2. Ngoko/Kasar Alus
Bahasa Jawa Ngoko Alus bukan hanya memiliki bentuk unggahan leksikon ngoko dan netral saja tetapi juga terdiri dari leksikon karma inggil dan andhap. Pemakaiannya juga untuk menghormati lawan bicaranya yaitu orang ke dua atau ketiga. Contoh penggunaan bahasa Jawa Kasar Alus misalnya;
“Panjenengan mundut kopi ing pasar”, artinya “Kamu membeli kopi di pasar”
Apa perbedaannya? Mari kita amati!
Sekarang perhatikan apa perbedaan kosakata antara bahasa Jawa ngoko lugu dan ngoko alus. Dilihat dari segi artinya, kedua kalimat diatas memiliki makna yang sama yaitu “Kamu membeli kopi di pasar”. Pada kata ngoko lugu subjek (jejer) yaitu “Kowe”, sementara kata pada ngoko alus subjeknya berubah lebih sopan yaitu “Panjenengan”. Pada kata berikutnya, predikat (wasesa) ngoko lugu adalah “tuku” sedangkan predikatnya ngoko alus menjadi “mundut”.
Jadi kesimpulannya, Ngoko lugu adalah bahasa yang kosakatanya memakai kata-kata ngoko semua tanpa dicampuri dengan bahasa krama. Sedangkan Ngoko alus adalah bahasa yang kosakatanya memakai kata-kata ngoko dicampur karma inggil. Umumnya dipakai untuk menghargai orang yang lebih tua. Demikian tata cara belajar bahasa Jawa kasar yang sangat mudah kita pelajari bersama.
JogjaPost Jogja News Today. Presenting a variety of interesting information both local Jogja, national and even international. Follow us on Google News and other social media.