, , ,

Siapakah Tuan Guru Bajang yang Sebenarnya?

by -1472 Views
Tuan Guru Bujang M Zainul Majdi
Sumber: https://kicknews.today/2017/04/15/28430/

Biografi Tuan Guru Bajang dan Perjalanannya di Dunia Pendidikan

M Zainul Majdi atau biasa dipanggil dengan sebutan Tuan Guru Bajang, ialah gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) yang sedang menjabat pada periode ini.

Ia dilahirkan di Poncong pada 31 Mei 1972 dari rahim seorang Ibu yang bernama Siti Rauhun Zainuddin. Cucu dari Maulana Syeikh KH. Zainuddin Abdul Majid, yang dikenal dengan panggian Tuan Guru Pancor. Sejak kecil, Majdi hidup di lingkungan pondok pesantren.

Ia pun disekolahkan oleh Ayahnya Muhammad Djalaludin, di Sekolah Dasar Negeri No. 3 Mataram. Putra seorang mantan birokrat, yang saat ini menjabat sebagai Rektor Universitas NTB, memiliki kecerdasan dan kemampuan dalam memimpin.

Kemampuan tersebut sudah mulai nampak semenjak ia duduk di Sekolah Dasar. Riwayat akademiknya pun mumpuni. Ia selalu mendapat rangking pertama dari kelas I sampai kelas VI.

Karena kredibilitasnya dalam hal memimpin, ia mendapat kepercayaan dari teman-teman kelasnya untuk menjadi ketua kelas. Selain itu, ia juga menjadi pemimpin dari kelompok anak laki-laki yang ada di kelasnya.

Ia pun tamat dari SDN 3 Mataram pada tahun 1985 lalu. Majdi, salah seorang penggemar plecing ini melanjutkan jenjang sekolahnya di Madarasah Tsanawiyah Nahdlatul Wathan. Setelah lulus, ia melanjutkan ke bangku pendidikan Madrasah Aliyah Mu’allimin Pancor.

Usai lulus dari Sekolah Dasar tersebut, ia mampu menyelesaikan jenjang menengah pertama dan atas dalam tempo 5 tahun karena kecerdasan yang dimilikinya. Majdi remaja pun dinyatakan lulus pda tahun 1990.

Setahun kemudian, ia melanjutkan tholabul ilminya di Pondok Pesantren Darul Qur’an Wal-Hadist di Nahdlatul Wathan Pancor. Tahun 1991, ia dinyatakan lulus. Ia merupakan tipe orang yang tidak mudah berpuas diri ataupun bangga diri. Menimba ilmu menjadi sebuah kebutuhan yang harus ia dapatkan dan penuhi selama  nyawa masih di raga.

Universitas Al-Azhar Cairo, menjadi tempat pilihannya dalam mengenyam pendidikan  formal yang lebih tinggi. Jurusan kuliah yang ia ambil yaitu Tafsir dan Ilmu-ilmu Al-Qur’an Fakultas Ushuludin. Karena kerajinan dan keuletannya, ia mampu menyelesaikan kuliahnya tepat waktu, yaitu kurang dari empat tahun. Ia mengarungi gelar Licenci (LC), pada tahun 1995.

Tak cukup sampai disitu, ia masih terus mengejar cita-citanya. Ia melanjutkan S2 di fakultas dan jurusan yang sama. Gelar Master of Art (MA) ia peroleh pada tahun 2000, dan ketika tu juga ia dinyatakan lulus.

Ia juga melanjutkan pendidikan S3 di Cairo Mesir. Sampai saat ini, ia masih tercatat sebagai mahasiswa di fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir Ilmu-ilmu Al-Qur’an program Doktor. Kelulusan Majdi di jenjang ini, mampu menjadikan ia salah satu intelektual Islam yang terbilang langka dalam spesifikasi keilmuannya, khususnya di Indonesia.

Kiprahnya di Dunia Politik

Dilihat dari kisah perjalanan hidupnya, terutama di wialayah pendidikan, ia sangat memprioritaskan sebuah pendidikan sendiri. Majdi juga nampak konsen pada bidang pengembangan pendidikan.

Maka dari itu, tak heran jika dalam visi missinya, Gubernur NTB ini mempunyai program pendidikan gratis sebagai sebuah alternatif dan jalan utama yang menjadi capaian tergetnya.

Kiprah seorang tokoh NTB ini, sudah populer di tingkat nasional, walaupun di usia yang masih sangat muda. Sebagai contoh, di usia yang masih terhitung muda ini, ia sudah diangkat sebagai Menteri Agama dalam kabinet bayangan.

Koalisi Muda Parlemen Indonesia (KMPI), sebagai penggagas utama kabinet tersebut. Semua itu karena kapasitas dan kualitas yang dimilikinya. Sebab, sangat tidak memungkinkan jika kabinet bayangan tersebut mengangkat seseorang yang tidak berkapabilitas di atas rata-rata.

Saat diangkat  menjadi seorang menteri, usia Majdi masih 32 tahun. Padahal, dalam proses pembentukan pemerintahan bayangan, proses seleksinya pun dilakukan secara objektif dan terukur oleh KMPI sendiri.

Bukan berdasarkan pada kepentingan politik seperti yang terjadi pada perekrutan pejabat di Negara kita saat ini, bak jamur di musim hujan. Dari beragam info yang ada, sampai saat ini kabinet bayangan tersebut masih mengadakan rapat-rapat.

Perkawinannya dengan Rabiatul Adawiyah dianugerahi empat anak putra dan putri. Nama-nama anaknya yaitu Muhammad Rifqi Farabi, Zahwa Nadira, Fatimah Azzahra dan yang terakhir Zaida Salima.

Nah selain itu juga, kemampuannya dalam memimpin sudah dapat dilihat sebelum ia terpilih sebagai Gubernur di NTB. Organisasi Islam terbesar di NTB, salah satunya yaitu Nahdlatul Wathan yang telah berhasil ia pimpin.

Hal tersebut membuktikan bahwa ia bukan sejenis pemimpin biasa. Majdi ini, sudah mulai memimpin Nahdlatul Wathan semenjak pendiri sekaligus kakeknya yang bernama Tuan Guru Pancor tersebut wafat pada tahun 1995.

Pada awal kepemimpinan Majdi di Nahdlatul Wathan, sudah terdapat bibit dari sebuah perpecahan. Semua itu berujung dengan sesuatu yang tidak diinginkan, yaitu lahirnya dualisme dalam kepemimpinan organisasi. Namun, hal tersebut tidak membuat Majdi goyah ataupun terpengaruh. Ia terus berusaha untuk mengembangkan dan juga memajukan organisasi tersebut.

Sebagai salah seorang ulama, ia mencoba untuk semoderat mungkin. Ia bukan termasuk kalangan ulama yang ortodox atau pun inklusif. Ia tidak dengan mudah menerima suatu hal atau seluruh warisan tradisi dan budaya dengan mentah-mentah. Bertabayyun atau klarifikasi selalu ia utamakan.

Ia tergolong orang yang sangat berhati-hati, dan lebih mementingkan kontekstualitas dari pada tekstualitas semata. Kebiasaan  yang sudah ada di masyarakat tidak dengan serta merta ia tolak, termasuk sesuatu yang berbau modern.

Walaupun begitu, ia juga bukan seorang yang terlalu eksklusif, dalam artian langsung saja menerima seluruh hal-hal yang baru datang. Prinsip “memelihara tradisi yang baik dan menerima hal  baru yang baik” menjadi pegangan yang selalu ia bawa. Artinya, tolak ukur diterima atau tidaknya sesuatu bukan dari lama atau barunyaa. Melainkan atas dasar baik atau buruknya suatu hal tersebut.

Walaupun rintangan dan gejolak mengiringi perjalanannya, ia tetap memantapkan pada arah perjuangan untuk mengembangkan organisasi tersebut. Kemajuan yang terjadi pada Nahdlatul Wathan, salah satu organisasi Islam tersbesar di NTB tersebut semakin nampak dan terlihat nyata adanya.

Penghargaan dan prestasi yang telah dicapai oleh Majdi terutama dalam pengembangan pendidikan sudah banyak ia kantongi. Semua itu menjadi bukti sekaligus menandakan bahwa ia juga sangat peduli pada dunia pendidikan pada umumnya.

Pun pada saat ia duduk di kursi Legislatif Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) di dalam komisi X. Ia beserta anggota dewan  lainnya mampu melahirkan undang-undang terkait sertifikasi guru maupun dosen.

Adanya undang-undang ini mampu mensejahterakan guru dan dosen yang menjadi pelaku utama dalam proses pengembangan di dunia pendidikan. Hal tersebut telah dinilai oleh banyak kalangan masyarakat yang ada. Ujung dari semua itu adalah untuk lebih mengkualitaskan pendidikan yang ada di Indonesia menjadi lebih baik, terutama di masa yang akan datang.

Sampai saat ini, Majdi menjabat sebagai gubernur NTB periode 2013-2018, dari hasil pemilihan umum yang dilaksanakan pada 13 Mei 2013 lalu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *