Masyarakat Yogyakarta kembali dihebohkan dengan berita munculnya penyakit Antraks di Sleman dan Gunungkidul. Diketahui sejak februari sampai maret ini, ada puluhan sapi mati tiba tiba dengan bergejala antrak. Parahnya lagi, sebagian hewan yang sakit dengan ciri ciri yang sama, justru disembelih dan dagingnya dibagi-bagikan tetangga.
Akibatnya puluhan orang kemudian mual mual, muntah dan mengalami demam. Gejala ini mirip yang terjadi pada orang yang terjangkit Antraks. Tidak hanya itu, satu orang diketahui meninggal. Sebelumnya, warga tersebut mengalami demam, sakit kepala, gatal gatal di sekitar wajah, bengkak serta beerair. Sayang sekali, belum bisa dipastikan apakah penyebab meninggalnya satu orang tersebut karena antrak atau bukan. Hal ini karena sampel darah belum sempat diambil ketika dikuburkan. Seberapa ngeri sebenarnya penyakit antrak ini? Simak informasinya di bawah ini.
Sejarah Kelam Penyakit Antraks di Indonesia
Antraks dulunya pernah menjadi momok di indonesia. Mulai muncul pada tahun 1969 di Kabupaten Kolaka, sulawesi tenggara. 36 orang dilaporkan meninggal akibat memakan daging hewan ternak. Tahun 1974, penyakit ini kembali muncul propinsi yang sama dan memakan korban 7 orang lagi. Tahun 1985, di kabupaten paniai irian jaya, 11 orang dilaporkan meninggal dunia.
Meski pemerintah menyatakan bahwa wabah Antraks berhasil diberantas pada tahun 1972, nyatanya penyakit ini lagi lagi muncul di jawa tengah dan menjangkiti 48 orang pada tahun 1990. Tahun 2000-2001, di jawa barat 22 orang dilaporkan kembali terjangkit dan 2 orang meninggal. Setelah itu pun antrax sering hilang timbul di daerah gunung kidul. Penyakit ini juga sempat memicu kehebohan ketika sekelompok warga menggali kembali, sapi yang telah dikubur karena sakit kemudian dagingnya dipotong potong dan di makan ramai ramai.
Munculnya Kembali Penyakit Antraks di Yogyakarta
Kemunculan amtrak di DIY pada tahun 2024 ini berawal dari beberapa sapi dan kambing yang mati mendadak dengan gejala antrak. Informasi ini di dapat dari dinas ketika melakukan pelacakan di desa dusun Kayoman, Serut, Gedangsari dan Dusun Kalinongko Gayamharjo, Prambanan. Ditemukan, 4 kambing milik warga yang tiba tiba meninggal. Satu kambing di kubur, sementara 4 lainnya disembelih dan dibagi-bagikan ke warga. Kejadian ini terjadi pada tanggal 12 februari 2024.
Tanggal 24 februari, beberapa kambing milik orang yang sama kembali mati dan disembelih dandi bagibagikan lagi dagingnya kepada warga. Awal Maret, warga sekitar mengalami demam, mual, muntah serta diare. Salah satu warga di wilayah ini jugalah yang dilaporkan meninggal dengan gejala muka gatal gatal, bengkak dan berair mirip antrak.
Sultan Heran Dengan Kebiasaan Menyembelih Ternak Mati
Tak hanya terjadi di kabupaten Sleman saja, penyakit antrak tersebut berpotensi menyebar hingga klaten dan Gunungkidul. Salah satu penyebabnya adalah, daging dari ternak mati yang dibagi bagikan ada yang diterima orang yang domisilinya di klaten dan gunung kidul. Puluhan orang yang sakit demam, pusing, mual dan muntah juga diketahui memakan daging dari ternak yang mati mendadak tersebut.
Dengan kebiasaan ini, sri Sultan yang menjabat sebagai gubernur dan raja Yogyakarta pun mengaku heran. Ia menghimbau agar kebiasaan tersebut dihentikan. alasannya , kebiasaan inilah yang memicu penyebaran Antraks semakin luas. Jika penyakit Antraks menyebar luas, tentu para peternak akan banyak dirugikan karena peliharaan banyak yang mati. Belum lagi resiko kehilangan nyawa jika sampai terkena antrax.
Warga Di Perbatasan Klaten Jogja Diminta Menjauhi Sungai
Antraks disebabkan oleh bakteri. Antrax bisa menyebar lewat udara, tanah serta air. Dari hasil tes, diketahui bahwa tanah di lokasi penyembelihan ternak yang mati positif terpapar bakteri antrax. Di luar tubuh korban, bakteri antrax ini berubah menjadi spora yang susah dimatikan.
Ketika musim hujan, spora Antraks bisa terbawa oleh aliran air dan masuk sungai. Itulah sebabnya, warga di perbatasan klaten jogja diminta untuk menjauhi sungai untuk mengantisipasi kemungkinan ada spora Antraks di aliran sungai.
Antraks Pernah Dipakai Sebagai Senjata Dalam Perang
Keganasan antrax pada zaman dahulu cukup mengerikan. Waktu Itu, vaksin belum banyak tersedia dan teknologi pengobatan belum canggih seperti sekarang ini. Saking mematikannya, penyakit Antraks pernah dijadikan sebagai senjata dalam perang. Sekitar 1 abad yang lalu, spora Antraks dipakai untuk membuat sakit tentara dari lawan perang. Bahkan di tahun 2000-an, sejumlah pihak di amerika serikat dikirimi spora Antraks lewat pos. Akibatnya 22 orang terjangkit Antraks dan dilaporkan 5 orang meninggal dunia.
Gejala Antrax Yang Umum Setelah Mengkonsumsi Ternak Mati
Infeksi bakteri antrax pada seseorang bisa diketahui dari berbagai gejala. Gejala sakit Antraks ini ada banyak. Yang pertama adalah munculnya benjolan di kulit. Benjolan tersebut terasa gatal seperti digigit serangga. Gejala lainnya, seseorang akanmarasa mualll, muntah dan sakit perut.
Selain itu, seseorang yang terjangkit Antraks akan merasa sesak nafas, flu serta terjadi pembengkakan di wajah serta bagian lain. Gejala ini juga muncul pada warga yang mengkonsumsi daging ternak.
Cukup ngeri ya penyakit Antraks di Yogyakarta ini jika kita tidak waspada. Meski resiko kematian akibat penyakit Antraks di jaman sekarang sudah banyak berkurang, sebaiknya kita tetap menghindari penyakit ini dengan cara tidak memakan daging hewan ternak yang mati dan menjaga jarak dengan hewan yang sakit. Jika ada ternak yang sakit, sebaiknya dilaporkan dan diobati oleh tenaga ahli.
JogjaPost Jogja News Today. Presenting a variety of interesting information both local Jogja, national and even international. Follow us on Google News and other social media.