Pada tahun 2023, Indonesia menerima dua inskripsi UNESCO sekaligus untuk sektor kebudayaan, penghargaan atas upaya Indonesia dalam melestarikan dan memajukan kebudayaan dan membagikannya kepada dunia.
Yogyakarta Punya Warisan Budaya Baru
Salah satunya adalah Penetapan Sumbu Filosofis Yogyakarta dan penanda bersejarahnya (the Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks) sebagai Warisan Budaya Dunia pada tanggal 24 September 2023 dalam Sidang ke-45 di Riyadh, Arab Saudi.
“Pengusulan Sumbu Kosmologis Yogyakarta dan penanda bersejarahnya sudah dimulai sejak 2014. Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta bersama Direktorat Jenderal Kebudayaan dan para pemangku kepentingan lainnya meneliti, membahas, dan menetapkan nilai penting universal dari Sumbu Kosmologis Yogyakarta dan penanda bersejarahnya,” ujar Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid di Jakarta.
Plengkung Gading Termasuk dalam Sumbu Filosofis Yogyakarta
Hilmar menambahkan, bahwa atribut yang masuk dalam penanda bersejarah tersebut antara lain: Panggung Krapyak; Sumbu Kosmologis Selatan (Jalan Gebayanan); Dinding, Gerbang, dan Kubu Pertahanan (Plengkung Nirbaya, Plengkung Jagabaya, Plengkung Jagasura, dan Plengkung Tarunasura).
Selain itu, Pojok Benteng (Jokteng) Kulon, Jokteng Lor, dan Jokteng Wetan; Kompleks Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Alun-alun (Selatan dan Utara).
Adapun, Kompleks Tamansari, Kompleks Masjid Gede, Sumbu Kosmologis Utara (Jalan Pangurakan, Jalan Margomulyo, Jalan Malioboro, dan Jalan Margoutomo); Pasar Beringharjo; Kompleks Kepatihan; dan Monumen Tugu Yogyakarta.
“Setelah ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO, selain bangga, kita juga punya tugas untuk terus melestarikan warisan ini sebagai kontribusi Indonesia untuk peradaban dunia,” tuturnya.
Penetapan Sumbu Filosofis Jogja Sebagai Warisan Budaya Dunia Jadi Langkah Awal
Inskripsi warisan budaya ini menjadi momentum upaya dan sinergi komunitas, masyarakat, dunia usaha, pemerintah daerah dan pusat dalam prakarsa dan proses nominasi warisan budaya dunia serta tindak lanjut pelestariannya.
“Sinergi yang baik ini perlu dipertahankan agar cita-cita para pendiri bangsa untuk memajukan budaya Indonesia dapat terpenuhi,” tukasnya.
Penyerahan sertifikat dan arsip naskah nominasi Sumbu Filosofis Yogyakarta menjadi langkah awal untuk menjaga keberlanjutan kedua warisan budaya. Tujuannya, agar tetap hidup dan berkembang dalam ekosistem tradisional dan berinteraksi secara dinamis dengan kebudayaan dan warisan lain pada kancah nasional dan internasional.
Makna Dari Sumbu Filosofis jogja Yang Baru Saja Masuk Sebegai Warisan Budaya Unesco
Sumbu Filosofi ini memiliki nilai-nilai yang tersebar dalam kehidupan masyarakat Yogyakarta. Seperti misalnya, Sangkan Paraning Dumadi, yang menggambarkan asal dan proses kematangan manusia. Sebagai contoh, Panggung Krapyak yang mengarah ke Keraton Yogyakarta memuat arti kelahiran atau rahim. Selain itu ada juga Kampung Mijen yang berarti benih, serta pohon asam dan tanjung yang melambangkan generasi muda.
Selain itu, perjalanan manusia menuju Tugu Golong Gilig ke Keraton Yogyakarta memiliki makna golonging cipta, rasa, dan karsa. Tugu Golong Gilig juga punya makna untuk menyatukan semua kehendak dalam menghadap Sang Pencipta.
JogjaPost Jogja News Today. Presenting a variety of interesting information both local Jogja, national and even international. Follow us on Google News and other social media.