Keberadaan Tempat pembuangan sampah sementara sering menimbulkan konflik dengan warga sekitar. Penyebabnya adalah tumpukan sampah yang menggunung, bau yang menyengat serta banyaknya lalat. TPS Piyungan, mulai Maret 2024 sudah ditutup secara permanen. Salah satu akibatnya, banyak tumpukan sampah bermunculan di pinggir pinggir jalan. Salah satu contohnya keberadaan tumpukan sampah di pasar Beringharjo pada 22 April 2024 lalu yang sempat viral di instagram.
Pengelolaan sampah, kini diserahkan kepada masing masing kabupaten dan kota. Untuk kabupaten Bantul sendiri, kita tidak perlu khawatir. Alasannya pemkab Bantul sudah mulai membangun TPS sementara yang diperkirakan bisa mulai menampung sampah pada bulan Mei 2024 mendatang.
Pemkab Bantul Mulai Bangun Tempat Pebuangan Sampah Baru di Patihan Gadingsari
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul memastikan bahwa pembangunan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) sementara di Patihan, Gadingsari, Sanden, Bantul tetap berjalan sesuai dengan jadwal yang ada. Saat ini, Pemkab telah melakukan langkah awal pembangunan dengan membersihkan lahan kas desa seluas 3.600 meter persegi yang akan digunakan selama empat bulan.
“Tahapannya sudah sampai pada pembersihan lahan. Semua berjalan sesuai dengan rencana awal,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bantul, Bambang Purwadi Nugroho, pada Rabu (24/4/2024).
TPS Kapasitas 9700 Meter Kubik Siap Digunakan Pada Mei 2024
Setelah pembersihan lahan, Bambang mengatakan langkah selanjutnya adalah memastikan TPS sementara dengan kapasitas 9.700 meter kubik tersebut siap digunakan dan tidak mencemari lingkungan pada bulan Mei 2024. Sampah yang ada di TPS akan disemprot dengan eco lindi untuk mencegah bau dan lalat.
Selain itu, akan ada penutup berupa geomembran untuk mencegah air hujan mengenai sampah. Kemiringan dan wadah penampungan eco lindi juga akan diatur dan semua permukaan akan dilapisi geomembran. Anggaran yang dialokasikan untuk pembangunan TPS sementara sebesar Rp500 juta dari APBD Kabupaten Bantul.
“Kami juga telah melakukan sosialisasi dengan warga terkait dengan keberadaan TPS sementara tersebut,” kata Bambang. Bambang menjelaskan bahwa saat ini Pemkab terus berupaya mempercepat pembangunan TPS sementara. Pembangunan tiga Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Modalan, Dingkikan, dan Bawuran belum selesai.
Pembangunan TPS Yang Baru di Gadingsari Tidak Ada Kendala
Bambang mengatakan bahwa tidak ada kendala yang terkait dengan pembangunan TPS sementara di Gadingsari. Ini berkat hubungan yang saling menguntungkan antara Pemkab Bantul dan Pemkal Gadingsari. Pemkal Gadingsari membutuhkan tanah uruk untuk lokasi agrowisata yang akan dibangun di atas bekas lahan TPSS. Sementara itu, Pemkab membutuhkan lokasi TPSS sementara sambil menunggu pembangunan tiga TPST yang sedang berlangsung. “Pemkab juga akan menutup lokasi tersebut dengan paving blok setelah tidak digunakan,” kata Bambang.
Lurah Gadingsari, Widodo mengungkapkan bahwa tidak ada kendala yang terkait dengan pembangunan TPS sementara di wilayahnya. Pihaknya telah menawarkan tanah kas desa sebesar enam hektar sebagai lokasi pembangunan TPS sementara. “Untuk informasi lebih lanjut mengenai berapa luas yang digunakan, silakan tanyakan kepada DLH. Termasuk informasi teknis ada di DLH. Proses pembangunan juga berada di DLH,” kata Widodo.
Bekas Lokasi TPS Gadingsari Akan di Bangun Agrowisata
Terkait dengan keinginan Pemkal Gadingsari untuk mengembangkan agrowisata di lokasi tersebut, Widodo mengaku bahwa hal itu sudah lama dan telah disampaikan kepada Pemkab Bantul. Berdasarkan koordinasi yang dilakukan, Widodo menjelaskan bahwa TPS sementara yang ada hanya akan beroperasi selama empat bulan maksimal. “Karena kapasitas dari lokasi dalam bentuk cekungan masih terbatas,” katanya.
Pasti Angkut, Inovasi Pengelolaan Sampah Digital di Panggungharjo
Tempat lain kebingungan karena sampah, sebuah desa di kabupaten bantul yang bernama panggungharjo memiliki cara inovatif dalam mengelola sampah. Desa yang juga mempopulerkan tempat wisata kampung matraman tersebut mengembangkan aplikasi yang bernama pasti angkut. Lewat aplikasi pengelolaan sampah digital pasti angkut tersebut, masyarakat panggungharjo bisa meminta layanan pengangkutan sampah dengan tarif yang relatif murah.
Per Kilogram sampah yang diminta untuk diangkut, biayanya hanya 1000 rupiah. Sampah yang terkumpul dari aplikasi pasti angkut kemudian diolah di lagi di fasilitas yang sudah dibangun oleh pemerintahan desa panggungharjo. Dengan aplikasi pengelolaan sampah digital ini, rata rata tiap rumah tangga hanya mengeluarkan biaya Rp 10 ribu untuk biaya layanan angkut sampah.
JogjaPost Jogja News Today. Presenting a variety of interesting information both local Jogja, national and even international. Follow us on Google News and other social media.